Menyemai Impian Mengajar Melalui Pengalaman Microteaching: Catatan Reflektif Perjalanan Mahasiswa PAI dalam Membangun Kompetensi

Read the full article See related articles

Listed in

This article is not in any list yet, why not save it to one of your lists.
Log in to save this article

Abstract

Fenomena perubahan cepat dalam dunia pendidikan menuntut calon guru untuk menguasai bukan hanya pengetahuan agama, tetapi juga keterampilan pedagogik yang tangguh. Di sinilah microteaching, sebuah metode latihan mengajar berskala kecil, menjadi laboratorium yang aman untuk gagal, bereksperimen, dan bangkit kembali. Teori pengalaman belajar Kolb menekankan bahwa siklus “melakukan – merespons – merefleksi – merencanakan” adalah kunci pembentukan kompetensi. Microteaching memadatkan siklus itu dalam beberapa pertemuan singkat sehingga pelajaran yang biasanya tersebar sepanjang semester langsung terasa dampaknya. Dalam kerangka Pendidikan Agama Islam (PAI), microteaching bukan sekadar ajang latihan hafalan materi. Ia menjadi titik temu antara ilmu , adab, dan kelas. Bandura menyebut self-efficacy sebagai motor keyakinan diri: semakin sering seseorang mengalami keberhasilan terstruktur, semakin kuat kepercayaan dirinya. Pada sesi microteaching, mahasiswa PAI belajar memadukan dalil, kisah nabi, dan metode aktif seperti role-play atau diskusi di depan teman sebaya. Ketika umpan balik datang, baik berupa tepuk tangan atau kritik, mereka berlatih menyaring, menafsir, lalu merancang perbaikan.

Article activity feed